Pencarian

Sabtu, 17 Oktober 2015

Penggunaan Resin Komposit Sebagai Bahan Restorasi Gigi

            Salah satu perawatan gigi yang terkena karies adalah restorasi (penambalan). Restorasi dilakukan dengan drilling (pemboran) terlebih dahulu untuk membuang sisa jaringan gigi yang rusak akibat karies dan jaringan gigi yang sehat di sekilingnya untuk membuang bakteri. Karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi ulang. Kemudian, gigi yang telah di drilling akan dimasukkan dengan bahan atau material tambal.
                Bahan restorasi yang paling sering di gunakan oleh dokter gigi adalah resin komposit. Bahan ini banyak digunakan karena warnanya sangat mirip dengan gigi, mudah dibentuk sehingga estetikanya tampak, serta kemudahannya terhadap keterikatan dengan struktur gigi. Bahan restorasi resin komposit relatif mudah dimanipulasi sehingga sangat membantu dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi berlubang dan memberikan hasil yang memuaskan. Resin komposit digunakan sebagai restorasi di gigi pada pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam. Penggunaan bahan adhesif resin komposit secara tepat sangat berperan dalam mencapai keberhasilan restorasi dan idealnya restorasi tersebut harus memberikan penutupan tepi restorasi yang sempurna serta bebas porositas. Hal-hal tersebut sangat mempengaruhi pasien untuk memilih material apa yang ingin mereka gunakan.
                Resin komposit terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) anorganik dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut coupling agent. Lutz dan Phillips (1983) mengklasifikasikan resin komposit berdasarkan ukuran partikel filler dan distribusinya, yaitu:
a.       Resin komposit makrofil
Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-5 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur, dapat dipolish tetapi hasilnya tidak begitu baik (semipolishable). Bahan ini digunakan untuk gigi posterior dan pembuatan core.

b.      Resin komposit mikrofil
Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, tetapi dapat dipolish dengan sangat baik serta mengkilat dan warnanya stabil. Bahan ini digunakan untuk restorasi kavitas kelas III, kavitas klas V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial veneers.

c.       Resin komposit hybrid
Resin komposit hybrid mempunyai ukuran filler 0,04-5 µm. Resin komposit tipe ini mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap fraktur, dapat dipolish dengan baik dan warnanya stabil. Resin komposit hybrid mengandung dua macam filler yaitu partikel makrofil dengan penambahan partikel mikrofil.

d.      Resin komposit Nanofilled Composite
Resin komposit ini mengandung dua jenis partikel filler yaitu nanomer dan nanocluster. Partikel nanomer mengandung silika dengan ukuran yang sangat kecil yaitu 25 – 70 nm dengan penambahan silane dan secara sempurna dapat berikatan dengan matriks resin, dan partikel nanocluster berukuran 0,4 – 1 µm. Kombinasi kedua partikel dapat mengurangi celah interstitial dari partikel filler sehingga dapat meningkatkan muatan filler, sehingga memiliki sifat fisik yang lebih baik dan dapat dipolish lebih baik.

             Walaupun banyak kelebihannya, bahan ini juga mempunyai kelemahan berupa sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang kurang baik pada dinding kavitas. Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, lingkungan mulut bersifat asam, kelembaban, mikroflora dalam rongga mulut, email dan dentin. Akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit yang dapat menyebabkan karies sekunder.
Untuk mengatasi hal itu Wilson dan McLean (1988) memperkenalkan suatu teknik restorasi dengan menggabungkan dua macam bahan, yaitu glass-ionomer cement (GIC) dengan resin komposit. Teknik ini dikenal dengan istilah restorasi laminasi, atau disebut juga dengan istilah sandwich-restoration. Penggabungan kedua bahan dalam satu restorasi ini bertujuan untuk mendapatkan suatu restorasi yang monolitik antara resin komposit, glass-ionomer dan jaringan keras gigi. Kelebihan sifat fisis glass-ionomer digunakan untuk mengatasi kekurangan sifat fisis resin komposit, demikian pula sebaliknya.
Ada dua macam restorasi laminasi, yaitu restorasi laminasi terbuka dan restorasi laminasi tertutup, atau sering disebut sebagai restorasi open-sandwich dan close-sandwich.



Gambar 1

A. Restorasi laminasi terbuka                    B. Restorasi laminasi tertutup

(Modern Concepts in Operative Dentistry,1988)
Ket: Gambar 1B dibuat dengan modifikasi visual oleh penulis

Restorasi laminasi terbuka digunakan pada kavitas kelas II dan kelas V dengan batas dinding gingiva melewati cemento-enamel junction (CEJ). Glassionomer diaplikasikan pada dasar restorasi bagian proksimal dan resin komposit dilapiskan di atasnya, membentuk restorasi kelas II. Pada restorasi ini, glass-ionomer pada bagian proksimal tidak terlindungi oleh resin komposit dan berhubungan langsung dengan lingkungan rongga mulut (Gambar 1A).
Sedangkan pada restorasi laminasi tertutup, glass-ionomer dibuat sebagai basis pengganti dentin pada kavitas yang cukup dalam. Glass-ionomer terlindung oleh resin komposit diatasnya dan oleh dinding-dinding kavitas (Gambar 1B).
Berikut prosedur dalam pembuatan restorasi laminasi

A.      Tissue Management
untuk mengkontrol cairan gusi dan atau menghentikan perdarahan.

B.      Aplikasi GIC sebagai basis
1.       Kavitas dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Aplikasikan asam polialkenoat 10% pada dentin sebagai kondisioner selama 10-15 detik, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan.
2.       GIC disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan spuit aplikator agar kavitas benar-benar terisi dengan padat. Cara pengadukan bubuk dan cairan GIC yang dilakukan dengan benar merupakan prosedur yang sangat penting, karena akan mempengaruhi kualitas GIC yang dihasilkan. Caranya adalah sebagai berikut:
            i. Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama banyak.

ii. Porsi pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur dengan menggunakan spatel dengan gerakan rolling (melipat) dengan tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan menghasilkan campuran encer. Langkah ini dilakukan selama 10 detik.

iii. Kemudian porsi kedua disatukan dengan adukan pertama. Pengadukan terus dilanjutkan dengan gerakan yang sama dengan daya yang ringan sampai seluruh partikel terbasahi. Luas daerah pengadukan diusahakan untuk tidak meluas dan adukan selalu dikumpulkan menjadi satu. Dianjurkan untuk tidak melakukan gerakan memotong adukan, karena tujuan pengadukan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk.

iv. Pengadukan selesai setelah 25 – 30 detik sejak awal pengadukan. Sebaiknya adukan tidak perlu diangkat-angkat untuk memeriksa konsistensinya, karena bila hal ini dilakukan maka proses pengadukan akan terus berlanjut dan makin banyak partikel bubuk yang larut.

v. Adukan langsung di kumpulkan di spuit aplikator untuk di aplikasikan ke dalam kavitas. Pada saat ini reaksi pengerasan sudah berlangsung.
Ada dua cara aplikasi GIC. Cara pertama GIC diaplikasikan secukupnya dan langsung dibentuk basis. Sedangkan cara kedua adalah dengan mengisi penuh kavitas dengan GIC, setelah GIC mengeras kavitas dipreparasi kembali untuk membentuk basis. Dinding-dinding yang tertutup dengan GIC harus dipreparasi kembali untuk mendapatkan permukaan dentin dan email segar, sehingga dapat diperoleh retensi resin komposit yang baik.

C.      Aplikasi Resin komposit
1.       Teknik aplikasi resin komposit dilakukan dengan cara yang biasa dilakukan, yaitu diawali dengan aplikasi etsa (mengikis email dengan menggunakan asam).
2.       Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan dinding-dinding kavitas (dentin dan email) dietsa selama 15-20 detik atau sesuai dengan petunjuk pabrik.
3.       Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit. Keringkan kavitas dengan sponge-pellet, atau disemprot perlahan dengan chip-blower.
4.       Aplikasikan bonding agent pada seluruh permukaan yang dietsa, diamkan sekitar 10 detik agar zat pelarutnya menguap, semprot perlahan dengan chip-blower, kemudian dipolimerisasi dengan penyinaran. Lakukan langkah ini sebanyak dua kali.
5.       Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis (incremental) dengan ketebalan maksimum 2 mm, atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk setiap lapisnya dilakukan polimerisasi dengan penyinaran. Penyinaran sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal, lingual/palatal, dan terakhir dari arah oklusal.

Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan restorasi laminasi ini, terutama pada gigi dengan kavitas kelas II dan kelas V yang membuat penatalaksanaan teknik laminasi ini sedikit  berbeda dengan biasanya.
Pada pembuatan restorasi kelas II, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.       Lakukan tissue magement sebelum pemasangan matriks.
2.       Gunakan matriks mylar dan baji (wedge) untuk aplikasi GIC
3.       Pada bagian proksimal, restorasi GIC hanya sampai batas sedikit di bawah titik kontak. Tujuannya adalah agar bahan yang berkontak dengan gigi tetangga adalah resin komposit. Resin komposit lebih kuat membentuk kontak dengan gigi disebelahnya serta tahan terhadap friksi pada daerah kontak yang terjadi pada saat fungsi. Sedangkan pada bagian oklusal GIC hanya mengisi kavitas sampai batas di bawah dentino-enamel junction (DEJ).
                                 
Gambar 3
Teknik restorasi laminasi kelas II
1.Aplikasi glass-ionomer,2.Aplikasi resin komposit secara incremental
(Tooth Colored Restoratives,1996)16

4.       Lakukan pemilihan warna resin komposit sesuai dengan warna gigi yang akan direstorasi.
5.       Setelah GIC mengeras dan dibentuk sesuai dengan desain di atas dan lakukan pemasangan         matriks seksional atau automatriks dan baji (wedge) sebelum aplikasi bahan restorasi resin komposit.
Pada pembuatan restorasi laminasi kelas V ini diperlukan ketelitian yang lebih karena kecilnya daerah operasi. Penatalaksanaannya adalah, sebagai berikut:
1.       Lakukan pemilihan warna GIC dan resin komposit yang sesuai dengan warna gigi yang direstorasi.
2.       Lakukan tissue magement sebelum dilakukan aplikasi GIC.
3.   GIC ditempatkan ke dalam kavitas dengan bentuk permukaan yang oblique (miring) ke arah insisal terhadap permukaan kavitas. Bagian kavitas yang terletak di bawah gusi terisi penuh dengan GIC dan ketebalannya makin menipis ke arah dinding insisal. Tujuannya adalah agar bagian supragingiva dapat direstorasi dengan resin komposit dengan ketebalan yang cukup.
Gambar 4
Teknik restorasi laminasi kelas V
Aplikasi glass-ionomer dan resin komposit
(Fundamentals of Operative Dentistry, A Contemporary Approach, 2001)





DAFTAR PUSTAKA
                Dharsono, Hendra Adhita. 2011. “Restorasi Resin Komposit dengan Teknik Laminasi”. Bandung: FKG Universitas Padjajaran.

Sajow, Pingkan., Rattu, A. J. M., A. Wicaksono, Dinar. 2012. “Gambaran Penggunaan Bahan Restorasi Resin Komposit di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Tahun 2011 – 2012”. Manado: FKG Universitas Sam Ratulangi.

Tambahani, Angela Maggie., Wicaksono, Dinar., Tumewu, Ellen. September 2013. “
 Gambaran Kerusakan Gigi Pasca Restorasi Komposit Pada Siswa SMA Negeri 1 Manado”. Jurnal e-GiGi (eG), Volume 1, Nomor 2.
                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar